Hubungan Psikologi
Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran
Media berasal dari bahasa
latin, asal kata jamaknya adalah medium. Medium arti sederhananya adalah
ANTARA. Kembali ke istilah belajar. Belajar terjadi ketika ada interaksi dengan
sumber belajar (mengalami). Untuk berinteraksi dengan sumber belajar, tentunya
perlu “makelar” alias “perantara”. Disitulah peran penting diperlukannya apa
yang dinamakan MEDIA. Tentu saja, dalam hal ini adalah media pembelajaran.
Dengan demikian, karena dalam proses pembelajaran terjadi proses komunikasi
atau interaksi antara orang yang belajar dengan aneka sumber belajar, maka agar
komunikasi atau interaksi tersebut terjadi secara optimal dibutuhkan media
pembelajaran yang relevan tentunya.
Teknologi pendidikan
memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK, dimana
komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan merupakan
pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik dan
alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Perlu diingat, teknologi
tidak akan menggantikan guru. Teknologi pembelajaran, sebenarnya memiliki
posisi dan peran sebagai pengembang multimedia pembelajaran yang bermutu. Tentu
saja bekerjasama dengan pihak lain.
Implementasi teknologi di
bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan (master plan)
terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang (bukan secara
proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai teknologi di arena
pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan pengalaman di dunia
pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu kelihatannya juga
diankat sebagai solusi umum.Memang kita wajib untuk mencari solusi yang
kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang
ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan kegagalan negara lain.
Dengan mengkombinasikan
soft-technology (seperti strategi, metode pembelajaran) yang tepat dengan
hard-technology yang ada, maka seorang pengajar dapat menyulap proses
pembelajaran menjadi suatu pembelajaran yang menarik dan efektif (tujuan
tercapai). Dalam hal ini, bukan teknologi yang membuat suatu pembelajaran
berhasil, tapi ketepatan menerapkan teknologi itulah yang menyebabkan suatu
pembelajaran berhasil dengan baik.
PEMANFAATAN
TIK DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER
Pendidikan karakter sangat
penting dalam rangka pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas,
bermartabat, dan berkarakter, sehingga perlu benar-benar dijaga agar
pemanfaatan TIK tidak mengganggu pembentukan karakter peserta didik, melainkan
justru mendukungnya. Mengapa? Karena tidak ada gunanya mendidik anak menjadi
sangat pintar tetapi karakternya buruk dan/atau lemah, sehingga justru dengan
kepandaiannya tersebut kelak mereka akan membuat kerusakan/kejahatan atau
menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri, bagi masyarakat, maupun bagi
bangsa. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pendidikan perlu dirancang,
direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai dalam rangka mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya seperti diuraikan di atas. Menurut Suwarsih Madya, (2011),
untuk menjaga agar pemanfaatan TIK tetap memberikan kontribusi signifikan
terhadap (1) pengembangan peserta didik menjadi manusia berkarakter dan
berkecerdasan intelektual dan (2) pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
terkait, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip berikut:
1) Pemanfaatan
TIK dalam pendidikan sebaiknya mempertimbangkan karaktersitik peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan pembuatan keputusan TIK.
2) Pemanfaatan
TIK sebaiknya dirancang untuk memperkuat minat dan motivasi pengguna untuk
menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik dari segi intelektual,
spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.
3) Pemanfaatan
TIK sebaiknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan pentingnya kegiatan
berinteraksi langsung dengan manusia (tatap muka), dengan lingkungan
sosial-budaya (pertemuan, museum, tempat-tempat bersejarah), dan lingkungan
alam (penjelajahan) agar tetap mampu memelihara nilai-nilai sosial dan
humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa.
4) Pemanfaatan
TIK sebaiknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat mengapresiasi
teknologi komunikasi yang sederhana dan kegiatan-kegiatanpembelajaran tanpa TIK
karena tuntutan penguasaan kompetensi terkait dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi siswa secara seimbang.
5) Pemanfaatan
TIK sebaiknya mendorong pengguna untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif
sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasi berbasis TIK.
Selanjutnya, agar penerapan
pendidikan karakter melalui TIK dapat berjalan secara efektif dalam mencapai
tujuannya, para guru hendaknya mampu memberikan materinya dengan cara-cara yang
interaktif, dan mampu membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Proses
pembelajarannya pun harus menjadi menyenangkan dan bermakna. Dalam konteks
tersebut, peran guru dalam proses interaksi pembelajaran hendaknya tidak
terlalu dominan, tetapi lebih sering berperan sebagai fasilitator dan motivator
pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi
lebih berpusat pada peserta didik atau lebih menempatkan peserta didik sebagai
subyek didik daripada sebagai obyek didik.
Lebih lanjut, dalam proses
pelaksanaan pembelajaran melalui TIK, peserta didik tidak hanya digiring
sebatas untuk mencari dan memperoleh informasi saja, tetapi juga diarahkan agar
memiliki kemampuan untuk menciptakan informasi di internet. Dengan kata lain,
dalam proses pembelajaran melalui TIK, peserta didik harus diarahkan untuk
mampu menjadi produsen pengetahuan, dan bukan hanya sebatas menjadi konsumen
pengetahuan atau penikmat teknologi saja, sehingga dapat membawa perubahan yang
lebih positif bagi peserta didik. Agar bisa menjadi produsen pengetahuan, maka
budaya baca dan tulis menulis harus benar-benar dilatihkan melalui pemanfaatan
TIK secara benar. Para guru pun harus belajar ngeblog agar mampu memberikan
keteladanan kepada para peserta didiknya. Dengan ngeblog, para guru dan siswa
akan menjadi terbiasa menulis. Sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa “satu
kali contoh keteladanan lebih baik daripada 1000 kali perkataan.” Para guru
harus mampu memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkan TIK khususnya
internet secara sehat dan produktif. Dengan begitu mereka akan melihat
keteladanan dari gurunya dalam pemanfatan TIK di sekolah. Para peserta didik
pun pada akhirnya akan mengikutipula dalam menjalankan internet sehat dengan
hati yang sehat pula. Hati yang sehat didapat dari pembinaan pendidikan budaya
dan karakter yang terus dikembangkan oleh para guru.
Dalam memanfaatkan TIK,
perlu juga ditanamkan rasa malu dalam diri peserta didik dan aturan yang tegas
agar anak-anak:
(a) tidak
bersentuhan dengan pornografi,
(b) tidak
melakukan plagiasi, dan
(c) tidak
dibiarkan untuk terus menerus mengkonsumsi games atau permainan online lainnya
di internet yang mengasyikkan. Jika kita biarkan anak didik kita hanya
menkonsumsi game online secara terus menerus, maka kita akan menghasilkan
sebuah generasi para gamer, dan bukan programer, yaitu sebuah generasi yang
mampu menciptakan berbagai games atau permainan yang mengasyikkan. Progamer
sangat kita perlukan dalam membuat konten-konten edukatif. Dengan begitu
pendidikan ini akan maju dan sejajar dengan negara lainnya. Dalam proses
pembelajaran TIK, hendaknya peserta didik tidak hanya diarahkan untuk kelas
operator saja tetapi menjadi programer aktif yang membuat mereka kreatif dalam
membuat program-program inovatif yang dapat dibanggakan. Lihatlah Fahma, sosok
penemu software termuda di dunia. Dia terlahir dari anak Indonesia yang
bertempat tinggal di kota Bandung. Itulah salah satu contoh dimana pendidikan
budaya, dan karakter terintegrasi dengan TIK dalam proses pembelajarannya. TIK
harus benar-benar dimanfaatkan dengan tujuan para peserta didik mampu
mendengarkan dengan baik, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan begitu mereka
akan mampu menyampaikan pesannya kepada khalayak ramai dan membuat diri mereka
menjadi orang hebat luar biasa karena memiliki kemampuan berbahasa secara baik.
Semua hal di atas itu harus terintegrasikan dalam pendidikan karakter yang
berbasis TIK. TIK harus dimanfaatkan sebagai sarana untuk menerapkan nili-nilai
dasar pendidikan karakter, dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar para generasi
bangsa ini mampu mengembangkan kreativitasnya.
Salah satu contoh yang
paling mudah dalam pendidikan karakter diantaranya adalah penanaman nilai
kejujuran. Para guru harus mampu menanamkankejujuran dalam diri setiap peserta
didik. Tak berkata bohong (dusta) dan mampu berkata benar dalam segala sikap
dan tingkah lakunya. Nilai-nilai kejujuran tersebut dapat ditanamkan dan
dikontrol melalui media facebook yang sedang booming saat ini, baik dikalangan
anak-anak maupun orang dewasa. Sikap dan perkataan jujur peserta didik akan
dengan mudah tertangkap jelas dari facebook para guru, bila para peserta
didiknya telah berteman dengannya. Oleh karena itu media facebook dapat
dijadikan untuk sarana membangun komunikasi yang lebih dekat antara guru dengan
para siswanya. Melalui facebook guru dapat mengajak dialog atau diskusi dengan
para siswa, sehingga dapat terjalin komunikasi yang positif antara guru dan
siswa. Terjadinya komunikasi yang positif antara guru siswa akan dapat membantu
meningkatkan kualitas interaksi pembelajaran dan mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran, disamping dapat untuk mengarahkan sikap dan perilaku siswa
ke arah yang lebih baik. Nilai karakter lain yang perlu ditanamkan melalui TIK
adalah budaya baca. Budaya baca yang mulai hilang dari dunia anak-anak kita
harus sudah digiatkan kembali dengan konten-konten edukasi yang dibuat sendiri
oleh para guru melalui blog atau website sekolah. Di sinilah para guru harus
mampu menulis, dan membuat para peserta didiknya menjadi gemar membaca. Konten-konten
atau materi pelajaran itu bisa dimasukkan dalam server aplikasi MOODLE atau
Blog yang berbasis Content Management System (CMS). Di tempat itu, para guru
dapat kreatif membuat sendiri media pembelajarannya. Para guru pun dapat
membuat tes atau ujian secara online. Alangkah indahnya jika para peserta didik
kita mampu berinternet secara sehat, menyebarkan berita dengan benar, dan mampu
menceritakan pengalamannya yang mengesankan dalam blog-blog mereka. Dengan
begitu kemampuan menulis mereka pun akan terasah dengan baik, karena sering
menulis di blog. Selanjutnya, agar pendidikan karakter dapat berjalan secara
komprehensif dalam proses pendidikan di sekolah, maka penerapan pendidikan
karakter di sekolah perlu memegang prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Berkelanjutan
mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk
sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
2) Melalui
semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah.
3) Nilai
tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa materi nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar untuk pembelajaran biasa.
4) Proses
pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah bahwa
teknologi komputer sangat berhubungan dengan dunia pendidikan salah satunya
adalah berhubungan dengan psikologi pendidikan dimana siswa menggunakan
komputer untuk mngerjakan tugas, penulisan ilmiah, dan skripsi.
Teknologi pendidikan
memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK, dimana
komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan merupakan
pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik dan
alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Sumber :
http://fs-galery.blogspot.com/2012/06/makalah-peranan-psikologi-pendidikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar