Minggu, 20 April 2014

Evaluasi Observasi Sekolah SMP Negeri 1 Medan

Ini adalah evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073)
2. Imam Mustakim (13-019)
3. Yuli Narty (13-057)
4. Ayu Silvia Manullang (13-079)
5. Yessica (13-101) 
  A.    Evaluasi Terhadap Kinerja Kelompok

Pertama-tama kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas. Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7 April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11 siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih.  dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B.     Evaluasi Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini, tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak. 
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.
Evaluasi Observasi Sekolah SMP Negeri 1 Medan

Ini adalah evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073) 12073ma.blogspot.com
2. Imam Mustakim (13-019) 13019im.blogspot.com
3. Yuli Narty (13-057) yulinarty.blogspot.com
4. Ayu Silvia Manullang (13-079) 13079asm.blogspot.com
5. Yessica (13-101) yessikagrace.blogspot.com
  A.    Evaluasi Terhadap Kinerja Kelompok

Pertama-tama kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas. Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7 April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11 siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih.  dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B.     Evaluasi Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini, tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak. 
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.

Evaluasi Observasi Sekolah SMP Negeri 1 Medan

Ini adalah evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073) 12073ma.blogspot.com
2. Imam Mustakim (13-019) 13019im.blogspot.com
3. Yuli Narty (13-057) yulinarty.blogspot.com
4. Ayu Silvia Manullang (13-079) 13079asm.blogspot.com
5. Yessica (13-101) yessikagrace.blogspot.com
  A.    Evaluasi Terhadap Kinerja Kelompok

Pertama-tama kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas. Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7 April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11 siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih.  dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B.     Evaluasi Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini, tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak. 

Sabtu, 22 Maret 2014



TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER
Urie Bronfenbrenner mengembangkan teori ekologi dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi si perkembangan si anak.
Bronfenbrenner membagi sistem lingkungan menjadi 5 yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas, yaitu:
·         Mikrosistem
 Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Menurut Bronfenbrenner murid bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi murid adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksikan setting tersebut.
Kalau dilihat dari pengalaman saya, saya pernah berinteraksi secara langsung dengan guru saat diajukan pertanyaan dikelas. Ini dimaksudkan agar saya lebih aktif dalam kelas.
·         Mesosistem
Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Misalnya pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman dalam sekolah. Dalam contoh kasus di pengalaman saya adalah bagaimana orang tua saya mengajarkan cara berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua atau orang lain yang menjadi lawan bicara saya. Pengalaman yang saya alami dalam keluarga terbawa saat berbicara dengan orang lain di sekolah.
·         Ekosistem
Ekosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain ( dimana anak tidak berperan aktif). Misalnya semua kontrol dan peranan dipegang kuat oleh dewan sekolah dan dewan sebuah organisasi. Keputusan yang mereka ambil bisa mempercepat atau memperlambat perkembangan anak. Contoh yang mirip dengan ekosistem yang pernah saya alami adalah saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar setiap siswa diwajibkan untuk meminjamkan 1 buku setidaknya seminggu sekali di perpustakaan sekolah. Ini juga termasuk ekosistem karena setting yang dibuat memusatkan dewan sekolah dalam mengontrol keseringan murid meminjam buku. Tindakan ini bertujuan ntuk mempercepat perkembangan pengetahuan anak dalam membaca buku karena sedikitnya minat anak dalam membaca buku di perpustakaan.
·         Makrosistem
Makrosistem adala kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah untuk mencakup peran etnis dan sosioekonomi dalam perkembangan anak. Misalnya beberapa kultur ( seperti Indonesia yang mayoritas muslim) lebih menekankan kepada gender tradisional. Dimana di kebanyakan negara Islam lebih mengutamakan sekolah kepada pria, tetapi di Amerika Serikat lebih bersifat seimbang dimana pria dan wanita bebas untuk bersekolah. Salah satu aspek dari status sosio ekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam kemiskinan. Kemiskinan dapat mempengaruhi perkembangan anak dan merusak kemampuan mereka untuk belajar, meskipun beberapa diantara anak tersebut banyak yang masih ulet.
·         Kronosistem
Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Misalnya murid murid sekarang tumbuh dengan bermacam teknologi yang sudah canggih. Anak zaman sekarang sudah banyak yang sangat pandai menggunakan internet dan komputer dibandingkan dengan zaman dulu. Sekarang anak sudah mulai diajarkan teknologi seperti penggunaan komputer sejak SD. Dalam generasi ini anak tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi yang tumbuh dalam kota yang semerawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas anatara kota, pedesaan, atau subkota.
Pengalaman yang saya alami dalam kronosistem adalah adanya kelas sewaktu saya SD yang pertama kali mengajarkan bagaimana caranya menggunakan komputer, microsoft word. Kelas komputer atau dulu yang disebut dengan TIK adalah kelas yang pertama kali dibuka yang mengajar tentang penggunaan komputer. Saat memasuki SMP pembelajaran tentang komputer masih ada, bagaimana cara menggunakan power point, membuat URL, dll. Saat di bangku SMA penggunaan komputer juga mengajarkan tentang menggunakan photoshop, corel draw, dll.
Sekian bahasan tentang teori Bronfenbrenner dan pengalaman saya yang bisa dikaitkan dengan teorinya. Terima kasih.

Selasa, 11 Maret 2014

Keefektifan antara Pengondisian Klasik dan Operan pada Anak

Kita akan membahas tentang keefektifan antara pengondisian klasik dan operan pada anak. Sebelum kita memilih pengondisian yang lebih efektif kita harus tahu dulu apa yang dimaksud dan dibahas dalam kedua pengondisian ini. Pembelajaran dibagi atas dua yaitu asosiatif dan observasi. Dalam pembelajaran asosiatif terdapat dua pengondisian yang akan kita bahas, yaitu pengondisian klasik dan operan.
PENGONDISIAN KLASIK
Apasih pengondisian klasik? pengondisian klasik itu adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. teori pengondisian klasik ini diperkenalkan oleh Ivan Pavlov saat sedang mengeksperimenkan anjingnya. Disini Pavlov mengasosiasikannya dengan stimulus yaitu unconditioned stimulus (UCS), Unconditioned response (UCR), Conditioned stimulus (CS), Conditioned Response (CR). Pavlov memberikan makanan kepada anjingnya dan anjingnya mengeluarkan air liur, saat dia membunyikan bel anjingnya tidak mengeluarkan air liur, kemudian Pavlov mengasosiasikan setiap kali ada makanan akan ada bunyi bel dan anjing mengeluarkan air liur, lalu setiap kali bel terdengar anjing akan mengeluarkan air liur. terlihat seperti pada poto berikut ini.
 
Di poto ini dijelaskan bahwa sebelum pengondisian daging adalah UCS dan air liur adalah UCR, namun setelah diberikannya pengondisian yaitu saat anjing diberikan makanan dengan bunyi bel, setiap kali bel berbunyi itu adalah CS dan anjing akan mengeluarkan air liur itu adalah CR. 
Lalu bagaimana cara menghubungkannya dengan pendidikan? Kita bisa memberikan stimulus yang menyenangkan atau yang disukai oleh anak-anak, sehingga mereka bisa memberikan respon yang baik dan aktif saat sedang ada di kelas. Guru harus bisa memberikan pengondisian stimulus yang bisa menghasilakan pengondisian respon yang diinginkan. Guru atau pengajar seharusnya tidak boleh memberikan stimulus yang memberikan rasa cemas dan takut terhadap anak-anak karena akan menghasilkan respon yang tidak baik pula, mereka akan merasa terpaksa mengikuti pelajaran dan merasa tertekan.

PENGONDISIAN OPERAN
pengondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
pengondisian operan ini pertama kali dipelopori oleh E.L. Thorndike dan dibenarkan kembali oleh B.F. Skinner.
Thorndike mempelajari seekor kucing dalam kardus yang pintunya dikunci dan hanya bisa dibuka jika kucing tersebut menekan pijakan yang terdapat dalam kardus dan seekor ikan diletakkan di depan kardus sehingga kucing tersebut bisa mencium aroma dari ikan tersebut. Pertama-tama kucing melakukan respon yang tidak efektif seperti menggigit atau mencakar pintu kardus tersebut, sampai dia tidak sengaja menginjak pijakan tersebut sehingga palang tersebut terbuka. Percobaan-percobaan seperti itu terus diulang sampai akhirnya kucing tersebut mengerti cara membuka pintu tersebut. berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike, dia mengeluarkan hukum efek (law effect) yang menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah.

Dalam pengondisian operan ada yang disebut dengan penguatan atau reinforcement. penguatan ini dibagi atas dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.

1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)
    Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Contohnya orang tua memuji karena anaknya melakukan tugasnya dengan benar. Jadi, ada kemungkinan anak itu akan melakukan tugasnya dengan baik lagi karena dia mendapat pujian.
2. Penguatan Negatif (Negative Reinforcement)
    Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan. Contohnya anak yang menyapu halaman rumahnya karena tidak suka mendengar omelan ibunya. Jadi, dia menyapu rumahnya untuk menghilangkan omelan ibunya.

Bagaimana dengan penerapan pengondisian operan dalam kelas? Guru atau pengajar akan terus memberikan penguatan baik itu dalam positf maupun negatif karena disini guru akan memancing murid untuk melakukan tugasnya baik dia suka maupun dia suka. Maksudnya, jika dia suka dia pasti akan melakukan tugasnya dengan baik dan dia mendapatkan pujian untuk hasil tugasnya, sedangkan jika dia tidak suka mungkin guru akan memberikannya nasihat atau teguran karena hasil yang dia dapatkan tidak maksimal sehingga dia memilih untuk melakukan tugasnya dengan baik untuk menghentikan teguran dari guru tersebut.

Setelah mengetahui tentang pengondisian klasik dan operan, pengondisian yang mana yang lebih efektif untuk digunakan guru atau pengajar dalam mendidik?
Menurut saya, lebih efektif jika guru atau pengajar menggunakan pengondisian operan. Mengapa? karena jika kita menggunakan pengondisian klasik belum tentu stimulus yang kita berikan akan menghasilkan respon yang kita inginkan dan stimulus yang kita berikan belum tentu langsung diberikan respon. Jika kita menggunakan pengondisian operan maka murid akan belajar dengan melihat konsekuensi yang mereka dapat dan kita bisa melihat respon dari murid saat itu juga (langsung). Jika yang mereka kerjakan itu benar, mereka akan mendapatkan positive reinforcement, dimana mereka pasti akan berusaha lagi untuk melakukan tugas mereka dengan baik dan di dalam pengondisian operan, kita bisa menjumpai tentang hukuman ( punishment) yang jelas bagaimana cara menghukum murid tanpa harus melakukakan kekerasan dan malah membuat membuat murid cemas dan takut saat mengikuti kelas itu.Tetapi bukan berarti pengondisian klasik tidak baik, mungkin pada anak-anak pengondisian operan lebih tepat dan lebih efektif.