Hai, kali ini aku mau cerita soal pembelajaran yang kami lakukan hari kamis semalam pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Topik yang kami pelajari adalah "Andragogi dan Pedagogi", dimana dosen yang mengajar adalah Ibu Dina. Ada yang berbeda dari cara belajar kami kali ini. Oke, kuceritakan yaa :)
Jadi, dari awal ibu Dina masuk kami tidak ada membuka buku, sedikit pun. Bu Dina membuka kelas dengan salam, sapaan dan langsung memberi clue kepada kami tentang apa yang akan kami lakukan, yaitu belajar sambil bermain. Bu Dina membagikan satu kertas untuk setiap orang, dimana ada tulisan pada kertas tersebut yang nantinya akan disusun menurut kelompoknya. Ada 3 bagian kolom yang harus diisi yaitu "Andragogi dan Pedagogi", "Asumsi Andragogi dan Asumsi Pedagogi", dan "10 Karakter Guru yang Berkualitas". Setelah memberi clue cara mengerjakan tugas tersebut, Ibu Dina pergi membiarkan kami mengerjakan tugas secara mandiri. Disinilah dimulai kerusuhan. hahaha :D
Semuanya panik dan bingung, apa yang harus dilakukan dengan kertas tersebut. Mulailah semua mahasiswa saling berkomunikasi, bekerja sama, bertanya satu dengan yang lain, dan peduli. Setelah beberapa menit berlalu, lalu Bu Dina kembali dan meminta kami untuk menempelkan kertas kami masing-masing pada tabel yang disediakan di papan tulis. Dengan bantuan instruksi dari Ibu Dina dan kerjasama mahasiswa, kami akhirnya mampu menyelesaikan tabel tersebut. Setelah itu, ada beberapa teman-teman yang presentasi untuk menjelaskan isi tabel tersebut.
Menurutku, cara belajar seperti ini menarik,dimana mahasiswa dituntut untuk berusaha dan benar-benar mencari tahu apa yang sedang dipelajari, sesuai dengan apa yang telah dipelajari semalam, yaitu, kami ini yng sudah dalam masa pembelajaran Andragogi, dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar.
Ayu Silvia Manullang
Kamis, 12 Juni 2014
Minggu, 20 April 2014
Evaluasi Observasi Sekolah SMP
Negeri 1 Medan
Ini
adalah
evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam
mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073)
2. Imam Mustakim (13-019)
3. Yuli Narty (13-057)
4. Ayu Silvia Manullang (13-079)
5. Yessica (13-101)
A.
Evaluasi
Terhadap Kinerja Kelompok
Pertama-tama
kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah
memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas.
Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari
itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang
datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan
mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari
pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari
dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa
mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin
mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok
lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan
surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak
bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit
diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta
konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7
April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama
ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami
benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok
kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli
Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11
siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik
karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan
dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid
untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih. dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman
dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit
karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk
berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya
kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat
malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat
bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru
yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan
berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki
area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada
lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di
tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang
sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat
ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english
corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus
menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para
murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam
kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik
karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih
efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang
mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B. Evaluasi
Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan
teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru
banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas
dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada
murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan
oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan
guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau
penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru
melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa
yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti
pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak
berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan
guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi
stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan
marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang
kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum
oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah
untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak
pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini
dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini,
tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak.
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.
Evaluasi Observasi Sekolah SMP
Negeri 1 Medan
Ini
adalah
evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam
mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073) 12073ma.blogspot.com
2. Imam Mustakim (13-019) 13019im.blogspot.com
3. Yuli Narty (13-057) yulinarty.blogspot.com
4. Ayu Silvia Manullang (13-079) 13079asm.blogspot.com
5. Yessica (13-101) yessikagrace.blogspot.com
A.
Evaluasi
Terhadap Kinerja Kelompok
Pertama-tama
kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah
memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas.
Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari
itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang
datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan
mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari
pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari
dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa
mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin
mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok
lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan
surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak
bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit
diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta
konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7
April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama
ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami
benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok
kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli
Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11
siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik
karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan
dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid
untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih. dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman
dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit
karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk
berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya
kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat
malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat
bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru
yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan
berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki
area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada
lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di
tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang
sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat
ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english
corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus
menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para
murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam
kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik
karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih
efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang
mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B. Evaluasi
Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan
teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru
banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas
dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada
murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan
oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan
guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau
penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru
melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa
yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti
pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak
berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan
guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi
stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan
marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang
kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum
oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah
untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak
pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini
dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini,
tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak.
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.
Evaluasi Observasi Sekolah SMP
Negeri 1 Medan
Ini
adalah
evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam
mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073) 12073ma.blogspot.com
2. Imam Mustakim (13-019) 13019im.blogspot.com
3. Yuli Narty (13-057) yulinarty.blogspot.com
4. Ayu Silvia Manullang (13-079) 13079asm.blogspot.com
5. Yessica (13-101) yessikagrace.blogspot.com
A.
Evaluasi
Terhadap Kinerja Kelompok
Pertama-tama
kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah
memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas.
Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari
itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang
datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan
mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari
pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari
dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa
mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin
mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok
lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan
surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak
bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit
diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta
konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7
April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama
ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami
benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok
kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli
Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11
siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik
karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan
dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid
untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih. dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman
dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit
karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk
berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya
kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat
malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat
bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru
yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan
berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki
area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada
lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di
tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang
sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat
ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english
corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus
menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para
murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam
kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik
karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih
efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang
mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B. Evaluasi
Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan
teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru
banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas
dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada
murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan
oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan
guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau
penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru
melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa
yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti
pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak
berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan
guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi
stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan
marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang
kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum
oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah
untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak
pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini
dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini,
tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak.
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.http://www.slideshare.net/yessikagrace/laporan-observasi-sekolah
Kelompok 9:
12073ma.blogspot.com
13019im.blogspot.com
yulinarty.blogspot.com
13079asm.blogspot.com
Kelompok 9:
12073ma.blogspot.com
13019im.blogspot.com
yulinarty.blogspot.com
13079asm.blogspot.com
Sabtu, 22 Maret 2014
TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER
Urie Bronfenbrenner mengembangkan teori ekologi dimana anak
tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi si perkembangan si anak.
Bronfenbrenner membagi sistem lingkungan menjadi 5 yang
merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih
luas, yaitu:
·
Mikrosistem
Mikrosistem adalah setting dimana individu
menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah
keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Menurut Bronfenbrenner murid
bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi murid
adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan
membantu mengkonstruksikan setting tersebut.
Kalau dilihat dari pengalaman saya,
saya pernah berinteraksi secara langsung dengan guru saat diajukan pertanyaan
dikelas. Ini dimaksudkan agar saya lebih aktif dalam kelas.
· Mesosistem
Mesosistem adalah kaitan
antar-mikrosistem. Misalnya pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman dalam
sekolah. Dalam contoh kasus di pengalaman saya adalah bagaimana orang tua saya
mengajarkan cara berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua atau orang
lain yang menjadi lawan bicara saya. Pengalaman yang saya alami dalam keluarga terbawa
saat berbicara dengan orang lain di sekolah.
·
Ekosistem
Ekosistem terjadi ketika pengalaman
di setting lain ( dimana anak tidak berperan aktif). Misalnya semua kontrol dan
peranan dipegang kuat oleh dewan sekolah dan dewan sebuah organisasi. Keputusan
yang mereka ambil bisa mempercepat atau memperlambat perkembangan anak. Contoh yang
mirip dengan ekosistem yang pernah saya alami adalah saat saya duduk di bangku
Sekolah Dasar setiap siswa diwajibkan untuk meminjamkan 1 buku setidaknya
seminggu sekali di perpustakaan sekolah. Ini juga termasuk ekosistem karena
setting yang dibuat memusatkan dewan sekolah dalam mengontrol keseringan murid
meminjam buku. Tindakan ini bertujuan ntuk mempercepat perkembangan pengetahuan
anak dalam membaca buku karena sedikitnya minat anak dalam membaca buku di
perpustakaan.
·
Makrosistem
Makrosistem adala kultur yang lebih
luas. Kultur adalah istilah untuk mencakup peran etnis dan sosioekonomi dalam
perkembangan anak. Misalnya beberapa kultur ( seperti Indonesia yang mayoritas
muslim) lebih menekankan kepada gender tradisional. Dimana di kebanyakan negara
Islam lebih mengutamakan sekolah kepada pria, tetapi di Amerika Serikat lebih
bersifat seimbang dimana pria dan wanita bebas untuk bersekolah. Salah satu
aspek dari status sosio ekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam
kemiskinan. Kemiskinan dapat mempengaruhi perkembangan anak dan merusak
kemampuan mereka untuk belajar, meskipun beberapa diantara anak tersebut banyak
yang masih ulet.
·
Kronosistem
Kronosistem adalah kondisi
sosiohistoris dari perkembangan anak. Misalnya murid murid sekarang tumbuh
dengan bermacam teknologi yang sudah canggih. Anak zaman sekarang sudah banyak
yang sangat pandai menggunakan internet dan komputer dibandingkan dengan zaman
dulu. Sekarang anak sudah mulai diajarkan teknologi seperti penggunaan komputer
sejak SD. Dalam generasi ini anak tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi
yang tumbuh dalam kota yang semerawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas
batas anatara kota, pedesaan, atau subkota.
Pengalaman yang saya alami dalam
kronosistem adalah adanya kelas sewaktu saya SD yang pertama kali mengajarkan
bagaimana caranya menggunakan komputer, microsoft word. Kelas komputer atau
dulu yang disebut dengan TIK adalah kelas yang pertama kali dibuka yang
mengajar tentang penggunaan komputer. Saat memasuki SMP pembelajaran tentang
komputer masih ada, bagaimana cara menggunakan power point, membuat URL, dll. Saat
di bangku SMA penggunaan komputer juga mengajarkan tentang menggunakan
photoshop, corel draw, dll.
Sekian bahasan tentang teori Bronfenbrenner dan pengalaman
saya yang bisa dikaitkan dengan teorinya. Terima kasih.
Selasa, 11 Maret 2014
Keefektifan antara Pengondisian Klasik dan Operan pada Anak
PENGONDISIAN KLASIK
Apasih
pengondisian klasik? pengondisian klasik itu adalah tipe pembelajaran
dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan
stimuli. teori pengondisian klasik ini diperkenalkan oleh Ivan Pavlov
saat sedang mengeksperimenkan anjingnya. Disini Pavlov
mengasosiasikannya dengan stimulus yaitu unconditioned stimulus (UCS), Unconditioned response (UCR), Conditioned stimulus (CS), Conditioned Response (CR).
Pavlov memberikan makanan kepada anjingnya dan anjingnya mengeluarkan
air liur, saat dia membunyikan bel anjingnya tidak mengeluarkan air
liur, kemudian Pavlov mengasosiasikan setiap kali ada makanan akan ada
bunyi bel dan anjing mengeluarkan air liur, lalu setiap kali bel terdengar anjing akan mengeluarkan air liur. terlihat seperti pada poto berikut ini.
Di
poto ini dijelaskan bahwa sebelum pengondisian daging adalah UCS dan
air liur adalah UCR, namun setelah diberikannya pengondisian yaitu saat
anjing diberikan makanan dengan bunyi bel, setiap kali bel berbunyi itu
adalah CS dan anjing akan mengeluarkan air liur itu adalah CR.
Lalu
bagaimana cara menghubungkannya dengan pendidikan? Kita bisa memberikan
stimulus yang menyenangkan atau yang disukai oleh anak-anak, sehingga
mereka bisa memberikan respon yang baik dan aktif saat sedang ada di
kelas. Guru harus bisa memberikan pengondisian stimulus yang bisa
menghasilakan pengondisian respon yang diinginkan. Guru atau pengajar
seharusnya tidak boleh memberikan stimulus yang memberikan rasa cemas
dan takut terhadap anak-anak karena akan menghasilkan respon yang tidak
baik pula, mereka akan merasa terpaksa mengikuti pelajaran dan merasa
tertekan.
PENGONDISIAN OPERAN
pengondisian
operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan
diulangi.
pengondisian operan ini pertama kali dipelopori oleh E.L. Thorndike dan dibenarkan kembali oleh B.F. Skinner.
Thorndike
mempelajari seekor kucing dalam kardus yang pintunya dikunci dan hanya
bisa dibuka jika kucing tersebut menekan pijakan yang terdapat dalam
kardus dan seekor ikan diletakkan di depan kardus sehingga kucing
tersebut bisa mencium aroma dari ikan tersebut. Pertama-tama kucing
melakukan respon yang tidak efektif seperti menggigit atau mencakar
pintu kardus tersebut, sampai dia tidak sengaja menginjak pijakan
tersebut sehingga palang tersebut terbuka. Percobaan-percobaan seperti
itu terus diulang sampai akhirnya kucing tersebut mengerti cara membuka
pintu tersebut. berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike,
dia mengeluarkan hukum efek (law effect) yang menyatakan bahwa perilaku
yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang
diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah.
Dalam pengondisian operan ada yang disebut dengan penguatan atau reinforcement. penguatan ini dibagi atas dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)
Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan stimulus yang mendukung. Contohnya orang tua memuji
karena anaknya melakukan tugasnya dengan benar. Jadi, ada kemungkinan
anak itu akan melakukan tugasnya dengan baik lagi karena dia mendapat
pujian.
2. Penguatan Negatif (Negative Reinforcement)
Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena
diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan. Contohnya anak yang
menyapu halaman rumahnya karena tidak suka mendengar omelan ibunya.
Jadi, dia menyapu rumahnya untuk menghilangkan omelan ibunya.
Bagaimana
dengan penerapan pengondisian operan dalam kelas? Guru atau pengajar
akan terus memberikan penguatan baik itu dalam positf maupun negatif
karena disini guru akan memancing murid untuk melakukan tugasnya baik
dia suka maupun dia suka. Maksudnya, jika dia suka dia pasti akan
melakukan tugasnya dengan baik dan dia mendapatkan pujian untuk hasil
tugasnya, sedangkan jika dia tidak suka mungkin guru akan memberikannya
nasihat atau teguran karena hasil yang dia dapatkan tidak maksimal
sehingga dia memilih untuk melakukan tugasnya dengan baik untuk
menghentikan teguran dari guru tersebut.
Setelah
mengetahui tentang pengondisian klasik dan operan, pengondisian yang
mana yang lebih efektif untuk digunakan guru atau pengajar dalam
mendidik?
Menurut
saya, lebih efektif jika guru atau pengajar menggunakan pengondisian
operan. Mengapa? karena jika kita menggunakan pengondisian klasik belum
tentu stimulus yang kita berikan akan menghasilkan respon yang kita
inginkan dan stimulus yang kita berikan belum tentu langsung diberikan
respon. Jika kita menggunakan pengondisian operan maka murid akan
belajar dengan melihat konsekuensi yang mereka dapat dan kita bisa
melihat respon dari murid saat itu juga (langsung). Jika yang mereka
kerjakan itu benar, mereka akan mendapatkan positive reinforcement,
dimana mereka pasti akan berusaha lagi untuk melakukan tugas mereka
dengan baik dan di dalam pengondisian operan, kita bisa menjumpai
tentang hukuman ( punishment) yang jelas bagaimana cara menghukum murid
tanpa harus melakukakan kekerasan dan malah membuat membuat murid cemas
dan takut saat mengikuti kelas itu.Tetapi bukan berarti pengondisian
klasik tidak baik, mungkin pada anak-anak pengondisian operan lebih
tepat dan lebih efektif.
Minggu, 23 Maret 2014
Kelompok 8 : Teori Vygotsky (Ayu Silvia manullang 13-079)
Vygotsky memiliki ide zone of proximal development dimana
anak merasa terlalu sulit untuk melakukan sesuatu dan mereka membutuhkan
bantuan, dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu dari mereka. Setelah anak
mendapat intruksi verbal atau demokrasi, mereka menata informasi dalam struktur
mental mereka, sehingga mereka akhirnya bisa melakukan tugas atau keahlian itu
tanpa bantuan orang lain.
Nah,
sekarang aku mau berbagi sedikit tentang pengalamanku yang berhubungan dengan
ide Bapak Vygotsky ini. Jadi, waktu masih SD, masih kecil banget dan aku baru
belajar perkalian dan pembagian di sekolah. Nah, aku dikasih PR sama Ibu guruku
dan tugas itu harus sudah dikumpulkan esok harinya. Waktu malam-malam di rumah,
mama nanya aku ada PR atau enggak, terus aku bilang ada, tapi aku gak ngerti
yang soal pembagian. Terus Mama nyuruh abang aku, namanya Daulat (orangnya
ganteng loh. hehe) buat ngajarin aku ngerjain tugas itu. Dengan terpaksa
(keliatan dari wajahnya) si abang mulai memberikan ( intruksi verbal ) dengan ngajarin aku , dia ngasih tau cara
ngerjain, langkah-langkah penyelesaiannya, mana yang membagi, mana yang dibagi,
bagaimana symbol bagi, apa itu bagi dengan memberikan beberapa contoh-contoh yang
mudah untuk kumengerti dan mampu diterima otak kecilku waktu itu. Dan dengan
sabarnya abang menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang kayaknya pasti terdengar
bodoh (yaa kan aku masih kecil..). Waktu lagi diajarin aku bingung karna
kayaknya yang diajarin guruku sama yang diajarin si abang rada beda, terus
dengan polosnya aku bilang gini “bang, bukan gitu caranya kata guruku..”, si
abang nanya “jadi gimana ?”, kujawab “gatau tapi pokoknya bukan kayak gitu..”. Setelah kami beradu panjang dan sengit, akhirnya
aku mengalah (tuntutan anak paling kecil, enggak juga sihh kayaknya emang akku
yang salah waktu itu. hahaha) lalu aku akhirnya tetap mendengarkan dan
mengumpulkan informasi dan mengingat langkah-langkah cara mengerjakan soal
pembagian yang sudah abangku nan ganteng itu ajarkan. Yahh walaupun susah dan
waktu itu aku emang bego banget ya kayanya, tapi akhirnya aku bisa mengerti
setelah diajarkan beberapa kali, diuji dengan soal-soal, dipaksa mengerti, dan
ya akhirnya aku bisa. Aku berhasil !!!!! Aku bisa mengerjakan tugasku dan
besoknya, dengan bangga aku mngumpulkan tugasku ke meja Ibu guru. Jadi, mulai
saat itu aku sudah mampu mngerjakan soal pembagian sendiri tanpa perlu diajari
lagi oleh bang Daulat, guruku, atau siapapun lahh, karna aku uda ngerti, dan
uda bisa ngrjain sendiri, bisa bagi-bagi sendiri, dan bisa mengaplikasikan pembagian
itu di kehidupanku sehari-hari, dan yaaa sampai hai ini, aku bisa sendiri. So,
I wanna say thanks a lot to my best bro ever yang uda sabar mengajariku dan
membuatku bisa bagi-bagi sampai hari ini. I love you so much abang :*
Intinya,
aku bisa mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal pembagian adalah karena
adanya bantuan dari orang yang lebih mampu/ahli dariku, yaitu abang, dan mau
mengajariku sampai aku mengerti dan akhirnya aku bisa menguasai dan dapat
mengerjakan soal pembagian tanpa bantuan lagi dari orang lain. ( Ya iyalah, masa sampai sekarang aku gabisa
bagi-bagi ?? ). Jadi, menurutku, ide
belajar zone of proximal development itu membutuhkan bantuan orang lain yang
mengajari, membimbing, dan membina seorang anak dagar mengerti dan akhirnya
dapat melakukan sesuatu tanpa perlu bantuan orang lain lagi. Thank you J
Rabu, 12 Maret 2014
TEKNOLOGI KOMPUTER DALAM BIDANG PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Beberapa Teori
Dalam Psikologi yang Berhubungan dengan Pengembangan Teknologi Pendidikan
Pembelajaran pada
hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku
hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu
menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi
mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik
menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk
melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.
Menurut Lumsdaine
(dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam perkembangan
teknologi pendidikan terutama ilmu tentang psikologi belajar, sedangkan menurut
Deterline (dalam miarso 2009) berpendapat bahwa teknologi pembelajaran
merupakan pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang digunakan
untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara
sitematis guna pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri. Sedangkan
Harless (1968) menyebutnya dengan “front-end analysis”, sedangkan Mager dan
Pape (1970) menyebutnya “performance problem analysis”. Dan Romizwoski (1986)
mengistilahkan kegitan tersebut sebagai “performance technology”. Belajar
berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu
diperoleh, kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar,
lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana dan fasilitas
yang mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya. Untuk itu, Malcolm Warren
(1978) mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk mengelola secara efektif
pengorganisasian berbagai sumber manusiawi. Romizowski (1986) menyebutnya
dengan “Human resources management technology”. Penanganan berbagai pihak yang
diperlukan dan memiliki perhatian terhadap pengembangan program belajar dan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memerlukan satu teknik tertentu yang
dapat mengkoordinir dan mengakomodasikannya sesuai dengan potensi dan keahlian
masing-masing.
Kajian ahli-ahli
psikologi dan sosial psikologi dalam pendidikan berlangsung selama masa dan
pasca perang dunia ke II, terutama menjadi fokus kajian di lingkungan
pengajaran militer (Lange, 1969). Hasil kajiannya membawa pengaruh terhadap
penyelenggaraan pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran,
memahami peserta didik, pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar,
dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan
hubungan antara media audiovisual dengan pembelajaran yang difokuskan pada persepsi
peserta didik, penyajian pesan, dan pengembangan model pembelajaran. Studi masa
itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior, sebagai contoh operant
behavioral conditioning yang ditemukan BF Skinner (1953). Teori belajar dan
psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi pendidikan pada masa itu dalam
tiga hal, yaitu:
1. Pengembangan dan penggunaan teaching
machine dan program pembelajaran;
2. Spesifikasi tujuan pendidikan ke arah
behavioral objectives; dan
3. Pencocokan konsep operant conditioning
dengan konsep model komunikasi (Ely, 1963).
2. Psikologi
Pendidikan dan Media Pembelajaran
Media pembelajaran
merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar
(Sunarno, 1998). Komputer termasuk salah satu media pembelajaran. Pengunaan
komputer dalam pembelajaran merupakan aplikasi teknologi dalam pendidikan. Pada
dasarnya teknologi dapat menunjang proses pencapaian tujuan pendidikan. Namun
sementara ini, komputer sebagai produk teknologi khususnya di sekolah-sekolah
kurang dimanfaatkan secara optimal, hanya sebatas word processing saja. Kini
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menjadikan teknologi (komputer) dapat
bermanfaat bagi kemajuan pendidikan.
Di lapangan, sistem
penyajian (materi) melalui komputer dapat dilakukan melalui berbagai cara,
seperti : hyperteks, simulasi–demontrasi ataupun tutorial. Tiap-tiap sistem
memiliki keistimewaan masing–masing. Sangat menarik jika keunggulan
masing–masing sistem tersebut digabungkan ke dalam satu bentuk model yang dapat
digunakan dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih
berkesan dan bermakna.
Media pembelajaran
sekarang bukan hanya sekedar alat bantu bagi guru dalam menyampaikan
materi-materi pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran ini manfaatnya sangat
luas, dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik,
melampaui batas ruang dan waktu, dapat membangkitkan motivasi belajar peserta
didik. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk mengakses teknologi informasi dan komunikasi dan
mempunyai ketrampilan dalam mengaplikasikannya.
Contoh penggunaan
komputer dalam proses belajar. Keterampilan dalam menggunakan komputer sangat
dibutuhkan peserta didik untuk hidup dalam kehidupannya di masa kini dan masa
yang akan datang. Dalam perkuliahan psikologi pendidikan, selain menggunakan berbagai
media seperti proyektor, laptop, dan wi-fi, kita sebagai mahasiswa juga
diharuskan mempunyai blog sendiri. Dengan begitu, semua mahasiswa diharuskan
membuat dan mampu mengaplikasikan blog tersebut. Dari tugas individu maupun
tugas kelompok, materi kuliah dan berbagai info lainnya dapat diakses dari
blog.
3. Psikologi
Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran
Teknologi
pendidikan yang juga dikenal sebagai teknologi pembelajaran adalah studi dan
etika praktik dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
menciptakan, menggunakan, dan mengatur proses dan sumber teknologi yang tepat.
Istilah teknologi pendidikan sering diasosiasikan dengan teori instruksional
dan teori belajar. Teknologi instruksional meliputi proses dan sistem belajar dan
instruksi, sedangkan teknologi pendidikan berkaitan dengan segala sistem yang
digunakan dalam proses perkembangan kemampuan manusia.
Dengan semakin
berkembangnya teknologi mempengaruhi proses belajar mengajar di dunia
pendidikan. Teknologi memberikan kemudahan baik bagi pengajar maupun peserta
didik dalam mengakses informasi pembelajaran.
Teknologi ini tidak
hanya terpaku pada proses belajar secara e-learning akan tetapi proses belajar
secara tatap muka (face to face) juga bisa dianggap sebagai pemanfaatan dari
teknologi tergantung dari alat maupun fasilitas yang digunakan. Teknologi dapat
berupa teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer,
teknologi terpadu.
Dengan adanya
pemanfaatan teknologi secara efektif akan dapat menunjang proses belajar
mengajar karena bahan ajar tidak hanya terpaku pada kurikulum yang berlaku,
para peserta didik juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka karena
proses pembelajaran yang didapat tidak hanya dari institusi-institusi tertentu.
Tiga teori utama
yang merupakan dasar dalam teknologi pendidikan antara lain :
1. Behaviorisme
2. Kognitivisme
3. Konstruktivisme
4. Ragam Model
Pembelajaran
Ragam model
pembelajaran adalah berbagai cara yang digunakan oleh guru ataupun staf
pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ragam model
pembelajaran yang dibuat tentu mempunyai benefit/manfaat yang sekiranya berguna
bagi semuanya, adapun model desain pembelajaran ditujukkan untuk:
1. Memudahkan para pengajar dlm memilih
desain pembelajaran yang cocok untuk dipakai
2. Meningkatkan hasil belajar anak didik
baik dari segi pemahaman konsep maupun prakteknya,mningkatkan daya kreatifitas
anak didik
3. sebagai materi bahan ajar dan bahan
acuan bagi pengajar
Berbagai ragam
model pembelajaran metode pembelajaran:
1. Metode Ceramah
Dalam metode
ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi
dengan cara ceramah.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi
adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui
pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi
itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini
dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat
tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik
yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat
menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
3. Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan
kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk
teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan
penjelasan lisan.
Demonstrasi akan
menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan
oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas
tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
4. Metode Pemberian
Tugas
Metode pemberian
tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk
melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau
kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat
pula berbeda.
Agar pemberian
tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:
1) tugas harus bisa
dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa,
2) hasil dari
kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu
kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang
bersangkutan,
3) di akhir
kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
5. Metode Tanya
jawab
Metode tanya jawab
adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda
Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan
menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang
diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya
hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
6. Mind Mapping
Suatu metode untuk memaksimalkan potensi pikiran dengan
menggunakan otak kanan dan otak kirinya
secara simultan. Biasanya dalam bentuk power point.
Sebenarnya masih
banyak metode-metode pembelajaran. Dari keenam metode diatas adalah metode
pembelajaran yang paling sering digunakan dalam pembelajaran.
5. Hubungan
Psikologi Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran
Media berasal dari
bahasa latin, asal kata jamaknya adalah medium. Medium arti sederhananya adalah
ANTARA. Kembali ke istilah belajar. Belajar terjadi ketika ada interaksi dengan
sumber belajar (mengalami). Untuk berinteraksi dengan sumber belajar, tentunya
perlu “makelar” alias “perantara”. Disitulah peran penting diperlukannya apa
yang dinamakan MEDIA. Tentu saja, dalam hal ini adalah media pembelajaran.
Dengan demikian, karena dalam proses pembelajaran terjadi proses komunikasi
atau interaksi antara orang yang belajar dengan aneka sumber belajar, maka agar
komunikasi atau interaksi tersebut terjadi secara optimal dibutuhkan media
pembelajaran yang relevan tentunya.
Teknologi
pendidikan memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK,
dimana komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan
merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik
dan alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Perlu diingat, teknologi
tidak akan menggantikan guru. Teknologi pembelajaran, sebenarnya memiliki
posisi dan peran sebagai pengembang multimedia pembelajaran yang bermutu. Tentu
saja bekerjasama dengan pihak lain.
Implementasi
teknologi di bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan
(master plan) terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang
(bukan secara proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai
teknologi di arena pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan
pengalaman di dunia pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu
kelihatannya juga diankat sebagai solusi umum.Memang kita wajib untuk mencari
solusi yang kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman yang ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan
kegagalan negara lain.
Dengan
mengkombinasikan soft-technology (seperti strategi, metode pembelajaran) yang
tepat dengan hard-technology yang ada, maka seorang pengajar dapat menyulap
proses pembelajaran menjadi suatu pembelajaran yang menarik dan efektif (tujuan
tercapai). Dalam hal ini, bukan teknologi yang membuat suatu pembelajaran
berhasil, tapi ketepatan menerapkan teknologi itulah yang menyebabkan suatu
pembelajaran berhasil dengan baik.
PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMPUTER
Hubungan Psikologi
Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran
Media berasal dari bahasa
latin, asal kata jamaknya adalah medium. Medium arti sederhananya adalah
ANTARA. Kembali ke istilah belajar. Belajar terjadi ketika ada interaksi dengan
sumber belajar (mengalami). Untuk berinteraksi dengan sumber belajar, tentunya
perlu “makelar” alias “perantara”. Disitulah peran penting diperlukannya apa
yang dinamakan MEDIA. Tentu saja, dalam hal ini adalah media pembelajaran.
Dengan demikian, karena dalam proses pembelajaran terjadi proses komunikasi
atau interaksi antara orang yang belajar dengan aneka sumber belajar, maka agar
komunikasi atau interaksi tersebut terjadi secara optimal dibutuhkan media
pembelajaran yang relevan tentunya.
Teknologi pendidikan
memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK, dimana
komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan merupakan
pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik dan
alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Perlu diingat, teknologi
tidak akan menggantikan guru. Teknologi pembelajaran, sebenarnya memiliki
posisi dan peran sebagai pengembang multimedia pembelajaran yang bermutu. Tentu
saja bekerjasama dengan pihak lain.
Implementasi teknologi di
bidang pendidikan perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan (master plan)
terhadap semua aspek pengembangan pendidikan secara seimbang (bukan secara
proyek). Sering pengumuman yang muncul di media mengenai teknologi di arena
pendidikan kelihatannya kurang menilaikan penelitian dan pengalaman di dunia
pendidikan. Kasus-kasus teknologi dan pendidikan tertentu kelihatannya juga
diankat sebagai solusi umum.Memang kita wajib untuk mencari solusi yang
kreatif, tetapi kita juga wajib untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang
ada di dunia supaya kita tidak hanya mengulangkan kegagalan negara lain.
Dengan mengkombinasikan
soft-technology (seperti strategi, metode pembelajaran) yang tepat dengan
hard-technology yang ada, maka seorang pengajar dapat menyulap proses
pembelajaran menjadi suatu pembelajaran yang menarik dan efektif (tujuan
tercapai). Dalam hal ini, bukan teknologi yang membuat suatu pembelajaran
berhasil, tapi ketepatan menerapkan teknologi itulah yang menyebabkan suatu
pembelajaran berhasil dengan baik.
PEMANFAATAN
TIK DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER
Pendidikan karakter sangat
penting dalam rangka pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas,
bermartabat, dan berkarakter, sehingga perlu benar-benar dijaga agar
pemanfaatan TIK tidak mengganggu pembentukan karakter peserta didik, melainkan
justru mendukungnya. Mengapa? Karena tidak ada gunanya mendidik anak menjadi
sangat pintar tetapi karakternya buruk dan/atau lemah, sehingga justru dengan
kepandaiannya tersebut kelak mereka akan membuat kerusakan/kejahatan atau
menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri, bagi masyarakat, maupun bagi
bangsa. Oleh sebab itu, pemanfaatan TIK dalam pendidikan perlu dirancang,
direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai dalam rangka mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya seperti diuraikan di atas. Menurut Suwarsih Madya, (2011),
untuk menjaga agar pemanfaatan TIK tetap memberikan kontribusi signifikan
terhadap (1) pengembangan peserta didik menjadi manusia berkarakter dan
berkecerdasan intelektual dan (2) pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
terkait, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip berikut:
1) Pemanfaatan
TIK dalam pendidikan sebaiknya mempertimbangkan karaktersitik peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan dalam keseluruhan pembuatan keputusan TIK.
2) Pemanfaatan
TIK sebaiknya dirancang untuk memperkuat minat dan motivasi pengguna untuk
menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik dari segi intelektual,
spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.
3) Pemanfaatan
TIK sebaiknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan akan pentingnya kegiatan
berinteraksi langsung dengan manusia (tatap muka), dengan lingkungan
sosial-budaya (pertemuan, museum, tempat-tempat bersejarah), dan lingkungan
alam (penjelajahan) agar tetap mampu memelihara nilai-nilai sosial dan
humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam sebagai anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa.
4) Pemanfaatan
TIK sebaiknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat mengapresiasi
teknologi komunikasi yang sederhana dan kegiatan-kegiatanpembelajaran tanpa TIK
karena tuntutan penguasaan kompetensi terkait dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi siswa secara seimbang.
5) Pemanfaatan
TIK sebaiknya mendorong pengguna untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif
sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasi berbasis TIK.
Selanjutnya, agar penerapan
pendidikan karakter melalui TIK dapat berjalan secara efektif dalam mencapai
tujuannya, para guru hendaknya mampu memberikan materinya dengan cara-cara yang
interaktif, dan mampu membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Proses
pembelajarannya pun harus menjadi menyenangkan dan bermakna. Dalam konteks
tersebut, peran guru dalam proses interaksi pembelajaran hendaknya tidak
terlalu dominan, tetapi lebih sering berperan sebagai fasilitator dan motivator
pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran tidak berpusat pada guru, tetapi
lebih berpusat pada peserta didik atau lebih menempatkan peserta didik sebagai
subyek didik daripada sebagai obyek didik.
Lebih lanjut, dalam proses
pelaksanaan pembelajaran melalui TIK, peserta didik tidak hanya digiring
sebatas untuk mencari dan memperoleh informasi saja, tetapi juga diarahkan agar
memiliki kemampuan untuk menciptakan informasi di internet. Dengan kata lain,
dalam proses pembelajaran melalui TIK, peserta didik harus diarahkan untuk
mampu menjadi produsen pengetahuan, dan bukan hanya sebatas menjadi konsumen
pengetahuan atau penikmat teknologi saja, sehingga dapat membawa perubahan yang
lebih positif bagi peserta didik. Agar bisa menjadi produsen pengetahuan, maka
budaya baca dan tulis menulis harus benar-benar dilatihkan melalui pemanfaatan
TIK secara benar. Para guru pun harus belajar ngeblog agar mampu memberikan
keteladanan kepada para peserta didiknya. Dengan ngeblog, para guru dan siswa
akan menjadi terbiasa menulis. Sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa “satu
kali contoh keteladanan lebih baik daripada 1000 kali perkataan.” Para guru
harus mampu memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkan TIK khususnya
internet secara sehat dan produktif. Dengan begitu mereka akan melihat
keteladanan dari gurunya dalam pemanfatan TIK di sekolah. Para peserta didik
pun pada akhirnya akan mengikutipula dalam menjalankan internet sehat dengan
hati yang sehat pula. Hati yang sehat didapat dari pembinaan pendidikan budaya
dan karakter yang terus dikembangkan oleh para guru.
Dalam memanfaatkan TIK,
perlu juga ditanamkan rasa malu dalam diri peserta didik dan aturan yang tegas
agar anak-anak:
(a) tidak
bersentuhan dengan pornografi,
(b) tidak
melakukan plagiasi, dan
(c) tidak
dibiarkan untuk terus menerus mengkonsumsi games atau permainan online lainnya
di internet yang mengasyikkan. Jika kita biarkan anak didik kita hanya
menkonsumsi game online secara terus menerus, maka kita akan menghasilkan
sebuah generasi para gamer, dan bukan programer, yaitu sebuah generasi yang
mampu menciptakan berbagai games atau permainan yang mengasyikkan. Progamer
sangat kita perlukan dalam membuat konten-konten edukatif. Dengan begitu
pendidikan ini akan maju dan sejajar dengan negara lainnya. Dalam proses
pembelajaran TIK, hendaknya peserta didik tidak hanya diarahkan untuk kelas
operator saja tetapi menjadi programer aktif yang membuat mereka kreatif dalam
membuat program-program inovatif yang dapat dibanggakan. Lihatlah Fahma, sosok
penemu software termuda di dunia. Dia terlahir dari anak Indonesia yang
bertempat tinggal di kota Bandung. Itulah salah satu contoh dimana pendidikan
budaya, dan karakter terintegrasi dengan TIK dalam proses pembelajarannya. TIK
harus benar-benar dimanfaatkan dengan tujuan para peserta didik mampu
mendengarkan dengan baik, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan begitu mereka
akan mampu menyampaikan pesannya kepada khalayak ramai dan membuat diri mereka
menjadi orang hebat luar biasa karena memiliki kemampuan berbahasa secara baik.
Semua hal di atas itu harus terintegrasikan dalam pendidikan karakter yang
berbasis TIK. TIK harus dimanfaatkan sebagai sarana untuk menerapkan nili-nilai
dasar pendidikan karakter, dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar para generasi
bangsa ini mampu mengembangkan kreativitasnya.
Salah satu contoh yang
paling mudah dalam pendidikan karakter diantaranya adalah penanaman nilai
kejujuran. Para guru harus mampu menanamkankejujuran dalam diri setiap peserta
didik. Tak berkata bohong (dusta) dan mampu berkata benar dalam segala sikap
dan tingkah lakunya. Nilai-nilai kejujuran tersebut dapat ditanamkan dan
dikontrol melalui media facebook yang sedang booming saat ini, baik dikalangan
anak-anak maupun orang dewasa. Sikap dan perkataan jujur peserta didik akan
dengan mudah tertangkap jelas dari facebook para guru, bila para peserta
didiknya telah berteman dengannya. Oleh karena itu media facebook dapat
dijadikan untuk sarana membangun komunikasi yang lebih dekat antara guru dengan
para siswanya. Melalui facebook guru dapat mengajak dialog atau diskusi dengan
para siswa, sehingga dapat terjalin komunikasi yang positif antara guru dan
siswa. Terjadinya komunikasi yang positif antara guru siswa akan dapat membantu
meningkatkan kualitas interaksi pembelajaran dan mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran, disamping dapat untuk mengarahkan sikap dan perilaku siswa
ke arah yang lebih baik. Nilai karakter lain yang perlu ditanamkan melalui TIK
adalah budaya baca. Budaya baca yang mulai hilang dari dunia anak-anak kita
harus sudah digiatkan kembali dengan konten-konten edukasi yang dibuat sendiri
oleh para guru melalui blog atau website sekolah. Di sinilah para guru harus
mampu menulis, dan membuat para peserta didiknya menjadi gemar membaca. Konten-konten
atau materi pelajaran itu bisa dimasukkan dalam server aplikasi MOODLE atau
Blog yang berbasis Content Management System (CMS). Di tempat itu, para guru
dapat kreatif membuat sendiri media pembelajarannya. Para guru pun dapat
membuat tes atau ujian secara online. Alangkah indahnya jika para peserta didik
kita mampu berinternet secara sehat, menyebarkan berita dengan benar, dan mampu
menceritakan pengalamannya yang mengesankan dalam blog-blog mereka. Dengan
begitu kemampuan menulis mereka pun akan terasah dengan baik, karena sering
menulis di blog. Selanjutnya, agar pendidikan karakter dapat berjalan secara
komprehensif dalam proses pendidikan di sekolah, maka penerapan pendidikan
karakter di sekolah perlu memegang prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Berkelanjutan
mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk
sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
2) Melalui
semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah.
3) Nilai
tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa materi nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar untuk pembelajaran biasa.
4) Proses
pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah bahwa
teknologi komputer sangat berhubungan dengan dunia pendidikan salah satunya
adalah berhubungan dengan psikologi pendidikan dimana siswa menggunakan
komputer untuk mngerjakan tugas, penulisan ilmiah, dan skripsi.
Teknologi pendidikan
memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK, dimana
komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan merupakan
pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik dan
alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Sumber :
http://fs-galery.blogspot.com/2012/06/makalah-peranan-psikologi-pendidikan.html
Langganan:
Postingan (Atom)