Evaluasi Observasi Sekolah SMP
Negeri 1 Medan
Ini
adalah
evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam
mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073)
2. Imam Mustakim (13-019)
3. Yuli Narty (13-057)
4. Ayu Silvia Manullang (13-079)
5. Yessica (13-101)
A.
Evaluasi
Terhadap Kinerja Kelompok
Pertama-tama
kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah
memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas.
Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari
itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang
datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan
mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari
pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari
dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa
mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin
mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok
lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan
surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak
bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit
diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta
konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7
April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama
ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami
benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok
kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli
Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11
siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik
karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan
dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid
untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih. dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman
dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit
karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk
berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya
kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat
malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat
bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru
yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan
berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki
area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada
lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di
tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang
sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat
ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english
corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus
menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para
murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam
kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik
karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih
efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang
mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B. Evaluasi
Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan
teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru
banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas
dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada
murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan
oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan
guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau
penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru
melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa
yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti
pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak
berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan
guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi
stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan
marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang
kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum
oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah
untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak
pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini
dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini,
tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak.
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.
Evaluasi Observasi Sekolah SMP
Negeri 1 Medan
Ini
adalah
evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam
mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073) 12073ma.blogspot.com
2. Imam Mustakim (13-019) 13019im.blogspot.com
3. Yuli Narty (13-057) yulinarty.blogspot.com
4. Ayu Silvia Manullang (13-079) 13079asm.blogspot.com
5. Yessica (13-101) yessikagrace.blogspot.com
A.
Evaluasi
Terhadap Kinerja Kelompok
Pertama-tama
kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah
memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas.
Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari
itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang
datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan
mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari
pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari
dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa
mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin
mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok
lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan
surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak
bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit
diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta
konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7
April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama
ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami
benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok
kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli
Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11
siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik
karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan
dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid
untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih. dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman
dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit
karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk
berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya
kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat
malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat
bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru
yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan
berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki
area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada
lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di
tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang
sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat
ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english
corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus
menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para
murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam
kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik
karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih
efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang
mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B. Evaluasi
Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan
teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru
banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas
dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada
murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan
oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan
guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau
penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru
melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa
yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti
pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak
berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan
guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi
stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan
marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang
kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum
oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah
untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak
pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini
dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini,
tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak.
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.
Evaluasi Observasi Sekolah SMP
Negeri 1 Medan
Ini
adalah
evaluasi kinerja dan evaluasi dengan teori terhadap kelompok kami dalam
mengobservasi SMP Negeri 1 Medan. Berikut adalah anggota kelompok kami
1. Muhammad Ali (12-073) 12073ma.blogspot.com
2. Imam Mustakim (13-019) 13019im.blogspot.com
3. Yuli Narty (13-057) yulinarty.blogspot.com
4. Ayu Silvia Manullang (13-079) 13079asm.blogspot.com
5. Yessica (13-101) yessikagrace.blogspot.com
A.
Evaluasi
Terhadap Kinerja Kelompok
Pertama-tama
kami meminta izin dari pihak sekolah dengan mendatangi sekolah. Pihak sekolah
memberitahu untuk menemui wakil kepala sekolah yang merupakan bagian humas.
Saat itu hanya saya yang dari kelompok saya yang datang ke sekolah. Pada hari
itu tanggal 27 Maret 2014, saya datang tanpa membawa surat dan ibu itu bilang
datang lagi dengan surat izin dari pihak fakultas. Saya kembali ke kampus dan
mengurus surat izin dari pihak kampus dengan teman sekelompok saya. Surat dari
pihak kampus baru diberikan pada hari selasa minggu depannya. Peraturan dari
dosen pengampu yang hanya memperbolehkan 2 kelompok dari kelas saja yang bisa
mengobservasi 1 sekolah. Dan ternyata sudah ada 3 kelompok yang ingin
mengobservasi SMP Negeri 1. Akhirnya kami mendiskusikan lagi dengan 2 kelompok
lain dan 2 kelompok lain memutuskan untuk mencari sekolah lain. Kami memberikan
surat izin pada sekolah tanggal 3 April. Tetapi sekolah bilang bahwa kami tidak
bisa langsung observasi hari itu ataupun besoknya, memang agak sedikit
diundur-undur oleh pihak sekolah. Akhirnya setelah beberapa kali kami minta
konfirmasi dari sekolah, kami diizinkan untuk observasi hari Senin tanggal 7
April sedikit gugup dan bingung karena ini adalah observasi kami yang pertama
ditambah lagi batas waktu pengumpulan laporan hanya tinggal 2 hari lagi, kami
benar-benar berusaha keras agar bisa memberikan laporan terbaik. Dalam kelompok
kami saya Yessica dan Imam Mustakim bagian dokumentasi dan Ayu Silvia dan Yuli
Narti yang melakukan observasi dalam kelas. Kami melakukan observasi jam 11
siang pada kelas 7 Newton. Nama-nama kelas di sekolah SMP 1 Medan cukup unik
karena mereka tidak menggunakan angka, melainkan menggunakan nama-nama ilmuwan
dan tokoh-tokoh ini merupakan metode pembelajaran yang bisa memudahkan murid
untuk mengingat nama-nama tokoh dengan mudah. Suasana sekolah yang bersih. dan asri membuat sekolah tampak lebih nyaman
dan tenang. Di kelas, suasana kelas cukup bersih dan tidak terlalu sempit
karena muridnya juga tidak terlalu banyak. Ini memudahkan guru untuk
berinteraksi dengan murid. Saat kami melakukan observasi jam 11 siang, biasanya
kalau sudah masuk pelajaran-pelajaran terakhir murid akan terlihat
malas-malasan dan mengantuk. Namun di kelas 7 Newton murid tetap terlihat
bersemangat dan berkonsentrasi mengikuti pelajaran ,begitu juga dengan guru
yang mengajar. Saya dan imam bertugas untuk melakukan dokumentasi dan
berkeliling melihat fasilitas-fasilitas sekolah. Sekolah SMP Negeri 1 memiliki
area yang cukup luas dan asri. Mereka memiliki 3 lapangan terpisah. Ada
lapangan basket, voli dan sepak bola. Lapangan basket dan voli terletak di
tengah tengah sekolah, sedangkan lapangan sepak bola terletak di belakang
sekolah. Adapun fasilitas lain seperti laboratorium, UKS, kantin dan tempat
ibadah. Ada yang cukup unik dari kantin mereka. Ada kantin yang disebut dengan english
corner. Jika kita ingin makan atau membeli sesuatu dari kantin ini, kita harus
menggunakan bahasa inggris dengan penjualnya. Tujuannya untuk membiasakan para
murid menggunakan bahasa inggris dengan fasih. Setelah selesai berkeliling kami
kembali ke kelas untuk menyelesaikan observasi dalam kelas. Pelajaran dalam
kelas juga sudah mau berakhir. Kinerja kelompok kami saya nilai cukup baik
karena kami membagi tugas dengan seimbang sehingga pekerjaan kami selesai lebih
efisien dan cepat. Kami sangat berterima kasih kepada anak-anak dan guru yang
mau berpartisipasi dan mengizinkan kami untuk melakukan observasi ini.
B. Evaluasi
Hasil Observasi Berdasarkan Teori Belajar
Kami menggunakan
teori belajar dari Pengondisian Operan. Saat di dalam kelas kami melihat guru
banyak menggunakan penguatan kepada murid yang aktif dan bisa mengerjakan tugas
dan mengikuti pelajaran dengan baik. Guru sering melontarkan pujian kepada
murid seperti, baik, bagus sekali, benar, dll. Pujian-pujian yang diberikan
oleh guru tersebut adalah penguatan positif. Penguatan positif yang diberikan
guru memancing murid untuk melakukan hal yang sama agar mendapat pujian atau
penguatan positif yang lain. Tetapi saat di kelas kami jarang melihat guru
melakukan penguatan negatif. Tetapi saat berada di kelas ada beberapa siswa
yang lewat di depan kelas dan berkeliaran, sepertinya mereka tidak mengikuti
pelajaran atau dikeluarkan dari kelas. Mereka dimarahi dan dibilang untuk tidak
berkeliaran dan segera masuk ke kelas. Bentuk nasihat dan marah yang diberikan
guru tadi adalah bentuk penguatan negatif. Penguatan negatif diberikan agar mengurangi
stimulus yang ada. Murid mengikuti perkataan guru tersebut untuk menghentikan
marah dan repetan yang diberikan guru tersebut. Ada juga bentuk hukuman yang
kami temukan saat berada di sekolah. Kami melihat beberapa murid yang dihukum
oleh guru. Mereka dihukum berdiri dan dimarahin. Hukuman yang diberikan adalah
untuk menghentikan suatu respon yang ada. Menurut teori kognitif Piaget, anak
pada masa SMP termasuk di dalam tahap operasional konkrit. Anak pada masa ini
dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika mereka berfokus pada masa kini,
tetapi tidak dapat berpikir secara abstrak.
Berikut adalah hasil laporan kami dalam bentuk slide. Terima kasih.http://www.slideshare.net/yessikagrace/laporan-observasi-sekolah
Kelompok 9:
12073ma.blogspot.com
13019im.blogspot.com
yulinarty.blogspot.com
13079asm.blogspot.com
Kelompok 9:
12073ma.blogspot.com
13019im.blogspot.com
yulinarty.blogspot.com
13079asm.blogspot.com
Sabtu, 22 Maret 2014
TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER
Urie Bronfenbrenner mengembangkan teori ekologi dimana anak
tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi si perkembangan si anak.
Bronfenbrenner membagi sistem lingkungan menjadi 5 yang
merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih
luas, yaitu:
·
Mikrosistem
Mikrosistem adalah setting dimana individu
menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah
keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Menurut Bronfenbrenner murid
bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi murid
adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan
membantu mengkonstruksikan setting tersebut.
Kalau dilihat dari pengalaman saya,
saya pernah berinteraksi secara langsung dengan guru saat diajukan pertanyaan
dikelas. Ini dimaksudkan agar saya lebih aktif dalam kelas.
· Mesosistem
Mesosistem adalah kaitan
antar-mikrosistem. Misalnya pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman dalam
sekolah. Dalam contoh kasus di pengalaman saya adalah bagaimana orang tua saya
mengajarkan cara berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua atau orang
lain yang menjadi lawan bicara saya. Pengalaman yang saya alami dalam keluarga terbawa
saat berbicara dengan orang lain di sekolah.
·
Ekosistem
Ekosistem terjadi ketika pengalaman
di setting lain ( dimana anak tidak berperan aktif). Misalnya semua kontrol dan
peranan dipegang kuat oleh dewan sekolah dan dewan sebuah organisasi. Keputusan
yang mereka ambil bisa mempercepat atau memperlambat perkembangan anak. Contoh yang
mirip dengan ekosistem yang pernah saya alami adalah saat saya duduk di bangku
Sekolah Dasar setiap siswa diwajibkan untuk meminjamkan 1 buku setidaknya
seminggu sekali di perpustakaan sekolah. Ini juga termasuk ekosistem karena
setting yang dibuat memusatkan dewan sekolah dalam mengontrol keseringan murid
meminjam buku. Tindakan ini bertujuan ntuk mempercepat perkembangan pengetahuan
anak dalam membaca buku karena sedikitnya minat anak dalam membaca buku di
perpustakaan.
·
Makrosistem
Makrosistem adala kultur yang lebih
luas. Kultur adalah istilah untuk mencakup peran etnis dan sosioekonomi dalam
perkembangan anak. Misalnya beberapa kultur ( seperti Indonesia yang mayoritas
muslim) lebih menekankan kepada gender tradisional. Dimana di kebanyakan negara
Islam lebih mengutamakan sekolah kepada pria, tetapi di Amerika Serikat lebih
bersifat seimbang dimana pria dan wanita bebas untuk bersekolah. Salah satu
aspek dari status sosio ekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam
kemiskinan. Kemiskinan dapat mempengaruhi perkembangan anak dan merusak
kemampuan mereka untuk belajar, meskipun beberapa diantara anak tersebut banyak
yang masih ulet.
·
Kronosistem
Kronosistem adalah kondisi
sosiohistoris dari perkembangan anak. Misalnya murid murid sekarang tumbuh
dengan bermacam teknologi yang sudah canggih. Anak zaman sekarang sudah banyak
yang sangat pandai menggunakan internet dan komputer dibandingkan dengan zaman
dulu. Sekarang anak sudah mulai diajarkan teknologi seperti penggunaan komputer
sejak SD. Dalam generasi ini anak tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi
yang tumbuh dalam kota yang semerawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas
batas anatara kota, pedesaan, atau subkota.
Pengalaman yang saya alami dalam
kronosistem adalah adanya kelas sewaktu saya SD yang pertama kali mengajarkan
bagaimana caranya menggunakan komputer, microsoft word. Kelas komputer atau
dulu yang disebut dengan TIK adalah kelas yang pertama kali dibuka yang
mengajar tentang penggunaan komputer. Saat memasuki SMP pembelajaran tentang
komputer masih ada, bagaimana cara menggunakan power point, membuat URL, dll. Saat
di bangku SMA penggunaan komputer juga mengajarkan tentang menggunakan
photoshop, corel draw, dll.
Sekian bahasan tentang teori Bronfenbrenner dan pengalaman
saya yang bisa dikaitkan dengan teorinya. Terima kasih.
Selasa, 11 Maret 2014
Keefektifan antara Pengondisian Klasik dan Operan pada Anak
PENGONDISIAN KLASIK
Apasih
pengondisian klasik? pengondisian klasik itu adalah tipe pembelajaran
dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan
stimuli. teori pengondisian klasik ini diperkenalkan oleh Ivan Pavlov
saat sedang mengeksperimenkan anjingnya. Disini Pavlov
mengasosiasikannya dengan stimulus yaitu unconditioned stimulus (UCS), Unconditioned response (UCR), Conditioned stimulus (CS), Conditioned Response (CR).
Pavlov memberikan makanan kepada anjingnya dan anjingnya mengeluarkan
air liur, saat dia membunyikan bel anjingnya tidak mengeluarkan air
liur, kemudian Pavlov mengasosiasikan setiap kali ada makanan akan ada
bunyi bel dan anjing mengeluarkan air liur, lalu setiap kali bel terdengar anjing akan mengeluarkan air liur. terlihat seperti pada poto berikut ini.
Di
poto ini dijelaskan bahwa sebelum pengondisian daging adalah UCS dan
air liur adalah UCR, namun setelah diberikannya pengondisian yaitu saat
anjing diberikan makanan dengan bunyi bel, setiap kali bel berbunyi itu
adalah CS dan anjing akan mengeluarkan air liur itu adalah CR.
Lalu
bagaimana cara menghubungkannya dengan pendidikan? Kita bisa memberikan
stimulus yang menyenangkan atau yang disukai oleh anak-anak, sehingga
mereka bisa memberikan respon yang baik dan aktif saat sedang ada di
kelas. Guru harus bisa memberikan pengondisian stimulus yang bisa
menghasilakan pengondisian respon yang diinginkan. Guru atau pengajar
seharusnya tidak boleh memberikan stimulus yang memberikan rasa cemas
dan takut terhadap anak-anak karena akan menghasilkan respon yang tidak
baik pula, mereka akan merasa terpaksa mengikuti pelajaran dan merasa
tertekan.
PENGONDISIAN OPERAN
pengondisian
operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan
diulangi.
pengondisian operan ini pertama kali dipelopori oleh E.L. Thorndike dan dibenarkan kembali oleh B.F. Skinner.
Thorndike
mempelajari seekor kucing dalam kardus yang pintunya dikunci dan hanya
bisa dibuka jika kucing tersebut menekan pijakan yang terdapat dalam
kardus dan seekor ikan diletakkan di depan kardus sehingga kucing
tersebut bisa mencium aroma dari ikan tersebut. Pertama-tama kucing
melakukan respon yang tidak efektif seperti menggigit atau mencakar
pintu kardus tersebut, sampai dia tidak sengaja menginjak pijakan
tersebut sehingga palang tersebut terbuka. Percobaan-percobaan seperti
itu terus diulang sampai akhirnya kucing tersebut mengerti cara membuka
pintu tersebut. berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike,
dia mengeluarkan hukum efek (law effect) yang menyatakan bahwa perilaku
yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang
diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah.
Dalam pengondisian operan ada yang disebut dengan penguatan atau reinforcement. penguatan ini dibagi atas dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)
Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan stimulus yang mendukung. Contohnya orang tua memuji
karena anaknya melakukan tugasnya dengan benar. Jadi, ada kemungkinan
anak itu akan melakukan tugasnya dengan baik lagi karena dia mendapat
pujian.
2. Penguatan Negatif (Negative Reinforcement)
Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena
diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan. Contohnya anak yang
menyapu halaman rumahnya karena tidak suka mendengar omelan ibunya.
Jadi, dia menyapu rumahnya untuk menghilangkan omelan ibunya.
Bagaimana
dengan penerapan pengondisian operan dalam kelas? Guru atau pengajar
akan terus memberikan penguatan baik itu dalam positf maupun negatif
karena disini guru akan memancing murid untuk melakukan tugasnya baik
dia suka maupun dia suka. Maksudnya, jika dia suka dia pasti akan
melakukan tugasnya dengan baik dan dia mendapatkan pujian untuk hasil
tugasnya, sedangkan jika dia tidak suka mungkin guru akan memberikannya
nasihat atau teguran karena hasil yang dia dapatkan tidak maksimal
sehingga dia memilih untuk melakukan tugasnya dengan baik untuk
menghentikan teguran dari guru tersebut.
Setelah
mengetahui tentang pengondisian klasik dan operan, pengondisian yang
mana yang lebih efektif untuk digunakan guru atau pengajar dalam
mendidik?
Menurut
saya, lebih efektif jika guru atau pengajar menggunakan pengondisian
operan. Mengapa? karena jika kita menggunakan pengondisian klasik belum
tentu stimulus yang kita berikan akan menghasilkan respon yang kita
inginkan dan stimulus yang kita berikan belum tentu langsung diberikan
respon. Jika kita menggunakan pengondisian operan maka murid akan
belajar dengan melihat konsekuensi yang mereka dapat dan kita bisa
melihat respon dari murid saat itu juga (langsung). Jika yang mereka
kerjakan itu benar, mereka akan mendapatkan positive reinforcement,
dimana mereka pasti akan berusaha lagi untuk melakukan tugas mereka
dengan baik dan di dalam pengondisian operan, kita bisa menjumpai
tentang hukuman ( punishment) yang jelas bagaimana cara menghukum murid
tanpa harus melakukakan kekerasan dan malah membuat membuat murid cemas
dan takut saat mengikuti kelas itu.Tetapi bukan berarti pengondisian
klasik tidak baik, mungkin pada anak-anak pengondisian operan lebih
tepat dan lebih efektif.